17 Oktober 2024
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
“Pembinaan Karakter atau Perilaku Siswa Kelas IV dalam Menyikapi Bullying atau Perundungan: Model Problem Based Learning pada Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri Osiloa”
Disusun oleh:
JULITA DA PURIFICACAO SARMENTO, S.Ag
NIP : 19860731 201001 2 032
PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2024
Untuk File ms Word klik link dibawah ini
https://docs.google.com/document/d/1kfiLLoKxGeBFBZQZ9Jgx629ynRlNz5fB/edit
Segala Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Adapun judul dari penulisan PTK ini adalah : “Pembinaan Karakter atau Perilaku Siswa Kelas IV dalam Menyikapi Bullying atau Perundungan: Model Problem Based Learning pada Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri Osiloa” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa PTK ini masih jauh dari kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya PTK ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Dengan tersusunnya PTK ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Akhir kata penulis menyampaikan permohonan maaf jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan di hati dan penulis berharap Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkhusus dalam pengembangan ilmu pendidikan.
Kupang, 2024
Penulis
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengembangkan karakter dan perilaku siswa kelas IV dalam menyikapi bullying atau perundungan melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri Osiloa. Bullying merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak, sehingga penting untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademis tetapi juga pada pembentukan karakter.
Melalui pendekatan PBL, siswa diajak untuk terlibat aktif dalam memecahkan masalah nyata terkait bullying, yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, empati dan sikap positif terhadap teman sebaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data mengenai perubahan perilaku siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bullying dan cara menyikapinya, serta mengembangkan sikap saling menghormati di antara mereka. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam pendidikan karakter di Sekolah Dasar.
Kata Kunci “Bullying”: Tindakan agresif yang dilakukan secara berulang kali dan disengaja untuk menyakiti, merendahkan atau mendominasi orang lain.
DAFTAR ISI
Halaman
Bullying menjadi permasalahan yang sudah mendunia. Peristiwa bullying saat ini semakin meningkat di Indonesia. Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah sebenarnya bukan barang baru, baik di Indonesia maupun secara global. Masalah kekerasan di sekolah merupakan sebuah fenomena yang belum juga menemukan jalan keluar. Bukannya semakin berkurang, semakin lama kekerasan di sekolah semakin banyak dan bahkan mencapai pada level mengkhawatirkan. Salah satu perilaku siswa di sekolah yang banyak diperbincangkan adalah perilaku bullying sebagai bentuk penindasan terhadap korban yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai secara berulang (Andi Halimah, dkk 2015, 129).
Bullying menjadi bagian dari kekerasan yang kerap terjadi di tengah lingkungan masyarakat sosial ang dianggap wajar. Istilahnya yang semakin populer, bullying menjadi semakin santer di telinga kita dengan adanya kasus yang di muat di media sosial. Fenomena tersebut sudah lama terjadi di berbagai belahan dunia. Selama masa sekolah, hampir sebagian besar siswa pernah mengalami atau terlibat dalam bullying.
Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 1 menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”(Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan, t.t.). Ironisnya sebagian masyarakat kita bahkan guru sendiri menganggap bullying sebagai hal biasa dalam kehidupan anak dan tak perlu dipermasalahkan, bullying hanyalah bagian dari cara-cara anak bermain (Trevi dan Winanti Siwi Respati 2012).
Kasus perlakuan perundungan antar siswa (bullying) mencapai 3-4 kasus perbulannya dalam 1 kelas di SD Negeri Osiloa, meski tidak tergolong kasus berat, permasalahan tersebut menunjukkan bahwa sikap/aksi bullying yang dilakukan oleh siswa masih terjadi kapan saja dan dalam kondisi apapun, mengingat peristiwa terjadi secara spontanitas (emosional) saat siswa bermain, saat berinteraksi di kelas dan atau di luar jam pelajaran. Sebagian besar pelaku menyatakan bahwa perilaku mengejek, menyimpan barang teman, berkata kotor dan aksi-aksi yang memicu perilaku bully dianggap sebagai candaan biasa. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih belum memahami dengan dalam terkait perilaku bully itu sendiri, terlebih dampak yang dirasakan oleh korbannya.
Bukti adanya hubungan antara Pendidikan Agama Katolik terhadap Karakter atau perilaku siswa yang mengarah ke hal yang baik sudah diteliti oleh beberapa ahli yaitu: Berdasarkan hasil penelitian Widiyaningtyas & Maranatha (2023) mengatakan bahwa di era digital yang semakin berkembang pesat ini, para generasi milenial cenderung bersikap egoisentris dan tidak lagi menyadari akan tugas dan panggilannya sebagai orang Kristen yaitu melaksanakan amanat Yesus kristus. Maka peneliti melihat bahwa generasi generasi Kristen perlu disadarkan kembali akan tugas dan tanggungjawabnya melalui pendidikan Kristen. Dalam pendidikannya melalui model Problem Based Learning peneliti menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran tersebut akan menyeimbangkan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga mencapai perubahan peserta didik dalam integritas serta dapat tugas amanat Agung Yesus Kristus.
Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumasari (2023), mengatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah (Problem based Learninhg) dapat membantu peserta didik menjalani hidup bermartabat serta memberikan manfaat jangka panjang, menciptakan warga Negara yang peduli, bertanggungjawab dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Pembelajaran yang berpusat pada menghargai hidup dapat dapat membentuk karakter peserta didik, mengajarkan etika dalam hubungan sosial dan membantu mengenal nilai-nilai kemanusiaan.
Praktik pencegahan bullying bisa juga diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pembinaan Karakter atau Perilaku Siswa Kelas IV dalam Menyikapi Bullying atau Perundungan: Model Problem Based Learning pada Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri Osiloa”.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Pembinaan Karakter atau Perilaku Peserta Didik dalam Menyikapi Bullying atau Perundungan: Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Siswa Kelas IV. Deskripsi dan landasan berpikir atas masalah yang penulis pilih tersebut adalah karena perundungan merupakan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Supaya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tidak menimbulkan bias penelitian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya untuk Pembinaan Karakter atau Perilaku Peserta Didik dalam Menyikapi Bullying atau Perundungan, khususnya pada kegiatan pembelajaran Agama Katolik Kelas IV.
Adapun secara detail kegunaan tersebut diantaranya untuk :
Untuk dijadikan bahan pertimbangan dan tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah Pembinaan Karakter atau Perilaku Peserta Didik dalam Menyikapi Bullying.
Guru dapat menggunakan pendekatan PBL sebagai strategi yang efektif dalam mengajarkan tentang bullying dan pembinaan karakter, memberikan mereka alat tambahan untuk mengatasi masalah sosial di kelas.
Peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bullying, termasuk bagaimana mengidentifikasi dan menghadapinya. Ini membantu mereka untuk menjadi lebih sadar dan peduli terhadap masalah bullying di lingkungan sekolah mereka.
Bullying berasal dari istilah "bully," yang merujuk pada tindakan ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, menyebabkan gangguan psikologis seperti stres yang dapat mengakibatkan masalah fisik atau emosional, atau keduanya. Bullying dapat diartikan sebagai perilaku verbal dan fisik yang bertujuan mengganggu individu yang dianggap lebih lemah (John W Santrock, 2007).
Menurut Ken Rigby, bullying adalah dorongan untuk menyakiti orang lain. Tindakan ini dilakukan secara langsung oleh individu atau kelompok yang lebih kuat, biasanya tanpa tanggung jawab, cenderung berulang, dan dilakukan dengan niat yang menyenangkan (Ponny Retno Astuti, 2008).
Komisi Nasional Perlindungan Anak mendefinisikan bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap seseorang yang tidak dapat membela diri. Dalam pengertian ini, bullying adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membuat orang lain merasa takut atau terancam, sehingga korban merasa terancam, takut, atau setidaknya tidak bahagia (Fitrian Saifullah, 2016).
1.2 Bentuk-bentuk Bullying
Bullying adalah perilaku yang disengaja untuk menyakiti atau melukai korban baik secara fisik maupun emosional. Sullivan mengklasifikasikan bentuk-bentuk bullying sebagai berikut:
Menurut Yayasan Sejiwa, bentuk-bentuk bullying dapat dikategorikan dalam tiga jenis (Muhammad, 2009):
Menurut Rianskina, Djuwita, dan Soesetio, bentuk-bentuk bullying meliputi:
1.3 Faktor-Faktor Terjadinya Bullying
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying siswa antara lain sebagai berikut:
Pendidikan dan iman memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral seseorang. Orang tua yang kurang berpendidikan akan membuat mereka kesulitan untuk memahami kebutuhan anak, memberikan disiplin yang tepat dan membangun hubungan baik dengan anak. Orang tua yang kurang iman mungkin tidak memiliki pemahaman yang baik tentang nilai-nilai moral dan etika yang penting. Hal ini dapat membuat mereka kesulitan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak dan membuat anak lebih mudah untuk terpengaruh oleh perilaku negatif di lingkungan sekitar. Orang tua yang kurang pendidikan dan iman mungkin tidak mampu menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Hal ini dapat membuat anak lebih mudah untuk meniru perilaku orang tuanya.
Faktor keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orang tua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Anak sebagai pelaku bullying biasanya lahir dari keluarga yang bermasalah. Seperti keluarga broken home, kebiasaan sering mabuk, melakukan KDRT dan pola asuh orang tua yang menghukum anak secara berlebihan. Antara orang tua dan anak bersifat kaku dengan tidak adanya keharmonisan, perhatian dan kasih sayang yang hangat dalam keluarga sehingga anak berupaya untuk mencari perhatian di luar lingkungan keluarga dengan cara melakukan tindakan negatif seperti kekerasan termasuk upaya bullying.
Pembelajaran berbasis masalah, yang sering disebut sebagai Model Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dengan memberikan masalah dari kehidupan nyata di awal proses pembelajaran. Menurut Duch dalam Suharia (2013), PBL adalah metode yang mendorong siswa untuk memahami cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Problem-Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang melibatkan aktivitas mental siswa untuk memahami konsep melalui situasi dan masalah yang dihadapi di awal pelajaran. Tujuan utamanya adalah untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah dengan pendekatan pemecahan masalah (Utomo dkk, 2014:6).
Menurut Kohar dalam Lien Erwiyati, metode PBL mengintegrasikan berbagai teori dan prinsip pendidikan dalam desain pembelajaran. PBL mengandalkan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, kolaboratif, kontekstual, terpadu, mandiri dan reflektif.
Dalam metode Problem-Based Learning, situasi belajar dimulai dengan masalah yang memicu proses pembelajaran. Anak-anak menyadari kebutuhan akan informasi atau keterampilan untuk menyelesaikan masalah, sehingga mereka harus belajar bagaimana mencari informasi dan menerapkan pemikiran kritis serta kemampuan memecahkan masalah. PBL adalah metode pembelajaran yang berfokus pada siswa, di mana pelajar secara bertahap menjadi kurang bergantung pada guru yang biasanya menyarankan materi dan memberikan arahan (SIU, 2002) menurut Helmut.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ridwan (2015), model PBL adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Sementara itu, Barrow (dalam Huda, 2013) menggambarkan PBL sebagai proses pembelajaran yang terjadi melalui upaya memahami masalah yang ditetapkan di awal pembelajaran. Masalah yang dikaji sebaiknya adalah permasalahan kontekstual yang relevan dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Deskripsi: Kebijakan yang jelas dan menyeluruh perlu disusun untuk mengatasi bullying di sekolah.
Tindakan: Melibatkan kepala sekolah, guru, staf administrasi dan orang tua dalam merancang kebijakan ini. Kebijakan harus mencakup definisi bullying, konsekuensi bagi pelaku dan langkah-langkah preventif.
Deskripsi: Meningkatkan kesadaran siswa tentang dampak negatif dari bullying.
Tindakan: Mengadakan seminar, workshop atau kegiatan edukatif lainnya yang menyoroti masalah bullying, termasuk pengenalan konsep-konsep etika dan moralitas serta nilai-nilai kemanusiaan.
Deskripsi: Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan tentang bullying. Tindakan: Mengadakan pertemuan dengan orang tua guru khusus tentang masalah bullying, menyediakan sumber daya pendidikan untuk orang tua dan memperkuat kerjasama antara rumah dan sekolah.
Deskripsi: Mendorong pembentukan karakter positif dan sikap empati.
Tindakan: Mengintegrasikan pendidikan agama atau moral ke dalam kurikulum, memanfaatkan metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk mengajarkan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Deskripsi: Meningkatkan kemampuan guru dalam mendeteksi, menangani dan mencegah bullying.
Tindakan: Memberikan pelatihan kepada guru tentang tanda-tanda bullying, teknik penanganan yang efektif dan strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.
Deskripsi: Menggalang dukungan dari pihak-pihak luar sekolah.
Tindakan: Berkolaborasi dengan lembaga sosial, organisasi masyarakat, dan agen lain yang memiliki peran dalam mendukung kebijakan anti-bullying dan pendidikan karakter.
Deskripsi: Memantau efektivitas langkah-langkah yang diimplementasikan.
Tindakan: Melakukan evaluasi berkala terhadap kejadian bullying, mengumpulkan umpan balik dari siswa, orang tua dan staf, serta menyesuaikan strategi berdasarkan hasil evaluasi.
Adapun Penelitian terdahulu diuraikan pada tabel di bawah ini: (Tabel 2.1)
Judul, Peneliti, Tahun Terbit |
Variabel |
Metode Penelitian |
Hasil |
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa Di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan, Risha Desiana Suhendar, 2018
|
Faktor-faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa |
Kualitatif |
Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa: 1) Faktor keluarga menjadi penyebab perilaku bullying siswa di sekolah, keluarga yang kurang memeberikan perhatian dan pengawasan pada anak-anaknya, keluarga tidak harmonis, sering bertengkar, kurangnya komunikasi dengan anak. 2) Faktor media massa juga menjadi penyebab tindakan bullying siswa, siswa sering memainkan game online atau menonton televisi yang di dalam nya mengandung unsur kekerasan. 3) Faktor teman sebaya, karena siswa banyak menghabiskan waktu di sekolah. Selain itu juga masa remaja merupakan masa dimana anak sedang mencari identitas diri, sehingga ada rasa ingin diakui dan berusaha menjadi penguasa yang ditakuti oleh siswa-siswa lainnya. |
Secara umum metodologi penelitian merupakan suatu ilmu atau studi mengenai sistem, ataupun tindakan mengadakan investigasi sedangkan penelitian merupakan tindakan melakukan investigasi untuk mendapatkan fakta baru, tambahan informasi dan sebagainya yang dapat bersifat mendalam (indepth research), beragam akan tetapi tidak lazim sebagai mana biasanya. Dengan kata lain, metodologi penelitian merupakan ilmu yang berhubungan dengan penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri menunjukkan kegiatan pelaksanaan penelitian.
Menurut Sutrisno Hadi, research didefinisikan sebagai:“Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah”.
Sementara itu, rencangan penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilaksanakan (Margono, 1997:100). Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil.
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di mana dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan mengikuti alur : refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan ulang.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti yaitu :
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang ada di SD Negeri Osiloa Kabupaten Kupang.
Sampel adalah bagian dari kesuluruhan serta karateristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Peserta didik Kelas IV di SD Negeri Osiloa yang berjumlah 16 orang dijadikan sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Osiloa yang terletak di Jl. Swadaya-Tarus, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang-Nusa Tenggara Timur.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2024-2025. Waktu penelitian dilakukan dalam 2 siklus :
Siklus I : Hari Selasa, tanggal 17 September 2024
Siklus II : Hari Kamis, tanggal 26 September 2024
Data primer adalah informasi yang dikumpulkan atau diperoleh oleh peneliti atau pihak lain yang memerlukannya untuk mencapai tujuannya. Untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dibagikan kepada responden.
Data yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada disebut data sekunder. Jumlah peserta didik menjadi sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini.
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, bisa juga dalam bentuk fakta atau penjelasan yang disampaikan secara numerik.
Data kualitatif adalah informasi yang tidak dapat diperkirakan atau dikuantifikasi begitu saja dengan menggunakan angka. Gambaran umum tentang peserta didik di SD Negeri Osiloa dapat dilihat pada penjelasan dan menjadi data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini.
Sumber Data untuk penelitian pembinaan karakter peserta didik da
Sumber : SMK Negeri 3 Kupang SMK Negeri 3 Kupang
Selengkapnya : SMK Negeri 3 Kupang/artikel/120/Pembinaan-Karakter-atau-Perilaku-Siswa-Kelas-IV-dalam-Menyikapi-Bullying-atau-Perundungan:-Model-Pro.html